Kamis, 18 Juni 2015

Tauhid dan Pembagiannya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukan. Hanya amal yang dilandasi dengan tauhidullah, menurut tuntunan Islam, yang akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam akhirat nanti.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran surat An Nahl ayat 97 yang Artinya :Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah, bukan sekedar mengetahui bukti bukti rasional tentang kebenaran wujud (keberadaan) Nya, dan wahdaniyah (keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar mengenal Asma’ dan SifatNya.
Iblis mempercayai bahwa Tuhannya adalah Allah, bahkan mengakui keesaan dan kemahakuasaan Allah dengan meminta kepada Allah melalui Asma’ dan SifatNya. Kaum jahiliyah kuno yang dihadapi Rasulullah, juga meyakini bahwa Tuhan Pencipta, Pengatur, Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini adalah Allah. Namun, kepercayaan dan keyakinan mereka itu belumlah menjadikan mereka sebagai makhluk yang berpredikat muslim, yang beriman kepada Allah.





1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan tauhid?
2.      Apa saja pembagian dalam tauhid?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tauhid.
2.      Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam pembagian tauhid.
























BAB II
PEMBAHASAN

1.1    Pengertian Tauhid
Tauhid adalah pembahasan tentang Aqidah dalam islam. Penamaan ini karena pembahasan-pembahasan yang paling menonjol adalah tentang keesaan Allah, yang menjadi sendi atau asas dari agama islam, bahkan sendi atau dasar bagi semua agama wahyu. Kata “Tauhid” mengandung arti “satu” atau “esa” dan “keesaan” dalam agama islam. Islam sebagai agama monotheisme membahas tentang keesaan Allah. Pembahasan mengenai keesaan Allah ini merupkan materi pokok dan mendasar, serta sifat Esa bagi Allah adalah sifat yang terpenting diantara sifat- sifat Allah yang lain.
Adapun definisi Tauhid secara istilah syariat islam adalah “syahadat la ilaha ilallah (persaksian bahwasanya tidak ada ilah (sesembahan yang berhak untuk disembah atau dibadahi) melainkan Allah)”.

Al-Muzany bercerita bahwa pada suatu saat Imam Syafi'i bertanya kepada Imam Malik tentang tauhid, maka beliaupun menjawab,
مُحال أن نظن بالنبي r أنه علم أمته الاستنجاء, ولم يعلّمهم التوحيد, والتوحيد ما قاله النبي r: (أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلا الله, فإذا قالوها عصموا مني دماءهم وأموالهم, وحسابهم على الله U) فما عُصم به الدم والمال فهو حقيقة التوحيد.
"Mustahil kita beranggapan bahwa Nabi r yang telah mengajarkan kepada umatnya adab buang hajat, lantas Beliau r tidak mengajarkan kepada mereka tauhid!. Tauhid adalah apa yang disabdakan Nabi r, "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengatakan "la ilaha illallah", jika mereka telah mengatakannya maka mereka telah melindungi nyawa dan harta mereka, dan hisab mereka tergantung pada Allah"[1][2]. Hal yang melindungi nyawa dan harta itulah hakekat tauhid"[2][3].
1.2  Pembagian Tauhid
1.              Tauhid Rububiyah.
Yaitu mengesakan Allah subhannahu wa ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ (62)
“Allah menciptakan segala sesuatu …” (QS. Az-Zumar: 62).
Bahwasanya Dia adalah Pemberi rizki bagi setiap manusia, bina­tang dan makhluk lainnya. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, …” (QS. Hud: 6).
Dan bahwasanya Dia adalah Penguasa alam dan Pengatur seme­sta, Dia yang mengangkat dan menurunkan, Dia yang memuliakan dan menghinakan, Mahakuasa atas segala sesuatu. Pengatur rotasi siang dan malam, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26) تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (27)
“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Eng­kau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala ke­bajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (QS. Ali Imran: 26-27).
Jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya. Sebagaimana perkataan para rasul yang difirmankan Allah:
قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
“Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan ter­hadap Allah, Pencipta langit dan bumi?” (QS. Ibrahim: 10).
Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun. Namun demikian di hatinya masih tetap meyakiniNya. Sebagaimana perkataan Musa ‘alaihissalam kepadanya:
قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنْزَلَ هَؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَا فِرْعَوْنُ مَثْبُورًا (102)
“Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mujizat-mujizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata: dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir`aun, seorang yang akan binasa.”  (QS. Al-Isra’: 102).
Ia juga menceritakan tentang Fir’aun dan kaumnya:
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا (14)
“Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombon­gan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya.” (QS. An-Naml: 14).
Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya di zaman ini, seperti komunis. Mereka hanya menampakkan keingkaran karena kesombongannya. Akan tetapi pada hakikatnya, secara diam-diam batin mereka meyakini bahwa tidak ada satu makhluk pun yang ada tanpa Pencipta, dan tidak ada satu benda pun kecuali ada yang mem­buatnya, dan tidak ada pengaruh apa pun kecuali pasti ada yang mempengaruhinya. Firman Allah subhannahu wa ta’ala :
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ (35) أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ (36)
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).” (QS. Ath-Thur: 35-36).
2.      Tauhid Uluhiyah
Uluhiyah adalah ibadah.
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub (mendekatkan diri) yang disyari’atkan seperti do’a, nadzar, qurban, raja‘ (pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang), rahbah (takut) dan inaabah (kembali atau taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang terakhir. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.” (QS. An-Nahl: 36).
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ [الأنبياء/25]
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.” (QS. Al-Anbiya’: 25).
Juga disebut “Tauhid Ibadah”, karena ubudiyah adalah sifat ‘abd (hamba) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan mereka kepadanya.
Tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul, karena ia adalah asas dan pondasi tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpa mereali-sasikannya, semua amal ibadah tidak akan diterima. Karena kalau ia tidak terwujud, maka bercokolah lawannya, yaitu syirik. Sedangkan Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ [النساء/48]
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.” (QS. An-Nisa’: 48, 116).
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ [الأنعام/88]
“…seandainya mereka mempersekutukan Alah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88)
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ [الزمر/65]
“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65).
Dan tauhid jenis ini adalah kewajiban pertama segenap hamba. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا [النساء/36]
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak …” (QS. An-Nisa’: 36).
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا [الإسراء/23]
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan kamu supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya …” (QS. Al-Isra’: 23).
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا [الأنعام/151]
“Katakanlah, ‘Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu dari Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan kamu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu-bapak …’.” (QS. Al-An’am: 151).
3.       Tauhid Asmaa’ Wa Shifaat
Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah RasulNya shallallaahu ‘alaihi wa salam menurut apa yang pantas bagi Allah subhannahu wa ta’ala, tanpa ta’wiil dan ta’thiil, tanpa takyiif, dan tamtsil, berdasarkan firman Allah subhannahu wa ta’ala:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ [الشورى/11]
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11).
Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا [الكهف/15]
“Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (QS. Al-Kahfi: 15).
Wallahu a’lam
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Tauhid adalah pembahasan tentang Aqidah dalam islam. Penamaan ini karena pembahasan-pembahasan yang paling menonjol adalah tentang keesaan Allah, yang menjadi sendi atau asas dari agama islam, bahkan sendi atau dasar bagi semua agama wahyu. Tauhid dibagi menjadi 3, yaitu Tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid Asmaa’ wa shifaat.
3.2 Saran
Tauhid adalah pembahasan tentang Aqidah dalam islam. Tauhid pembagiannya ada tiga yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asmaa ‘wa shifaat. Jadi, kita sebagai umat muslim setidaknya mengetahui tentang tauhid dan pembagiannya. Karena tauhid di definisikan tidak ada yang wajib di sembah kecuali Allah SWT.
















Daftar Pustaka
Aly Imron DJ, 2014, http://media.compasiana.com, 22 September 2014, 21.00 WIB
Aditya, 2014, http://makalah4you.blogspot.com, 22 September 2014, 20.00 WIB
Moh. Ali Aziz, 2013 http://terapishalatbahagia.net, 22 September 2014, 21.18 WIB
 Assad, 2011, http://muhammadassad.wordpress.com, 22 September 2014 21.20 WIB
Ahmad Multazam, 2011, http://multazam-einstein.blogspot.com, 22 September 2014, 21.30 WIB
Khotijah, 2012, http://mynameiskhotijah.blogspot.com, 22 September 2014, 21.38 WIB
Ikhsan, 2009, http://alkarawanjy.blogspot.com, 22 September, 21.49 WIB
Achmad Faisol, 2009, http://achmadfaisol.blogspot.com, 22 September, 22.03 WIB










Tidak ada komentar:

Posting Komentar